“embun pagi dan halilintar hadir di setiap zaman, siapa pun yang mengokang waktu untuk mengendarainya memiliki kesempatan untuk hidup melampaui keabadian”

I

Akhirnya kabar baik itu tiba juga. Tepat pada tanggal 20 Desember 2018, saya menemukan informasi pada laman gawai Grimloc Records perihal segera dirilisnya album kolaborasi duo MC, penulis, cum aktivis gerakan sosial, MV (Morgue Vanguard) a.k.a Ucok Homicide [Herry Sutresna] bersama MC senior ibukota, Doyz. Bagi saya, kabar ini ibarat hadiah penghujung tahun 2018 yang sangat istimewa. Terlebih, kita sedang dikepung oleh suasana sosial, politik yang berbalut persiapan elektoral dan telah memakan ruang-ruang sunyi serta menggerus kewarasan. Diluar itu, tentu saja Anda mampu mendefinisikan bagaimana lanskap demokrasi kita dalam setahun terakhir. Kabarkan!

Setelah memberikan pemanasan dengan melempar single ‘CSDB FM’ pada laman soundcloud Grimloc Records ,respon yang luar biasa datang pun dari para pendengar setia Hip Hop. Silakan cek kolom komentar pada soundcloud yang saya maksud. Pujian atas komposisi musik, dan yang paling penting adalah balutan rima yang sangat ganas pada setiap baitnya.

“CSDB FM, single dari ‘Demi Masa’ sudah dapat didengar di lamaan soundcloud kami. Album kolaborasi salah dua MC prominen dan pelopor hip hop Indonesia dari era 90-an yang menggerinda rima berandal, personal dan politikal di atas beragam mood beat boombap. Bertamukan Iwa K, Mr. EP (Blakumuh), Sarkasz (Bars of Death) dan Rand Slam, juga kolaborasi dari permainan turntablism DJ Evil Cutz”, demikian caption yang diunggah Grimloc Records.

Laman resmi Grimloc Records mendefinisikan, “album ‘Demi Masa’ merupakan album kolaborasi dari dua MC yang berada di dalam daftar MC paling berpengaruh di tanah air. Salah dua rapper prominen dan juga pelopor hip hop Indonesia dari era 90-an. Morgue Vanguard memulai perjalanan dari Bandung bersama Homicide, malang melintang di skena independen, melahirkan album-album klasik sebelum bubar satu dekade lalu. Sedangkan Doyz yang berangkat dari duo Blakumuh, dikenal awalnya sebagai bagian dari kompilasi Pesta Rap, bergabung bersama P-Squad sebelum kemudian merilis album solo yang mendobrak standar lirikal hip hop lokal di awal 2000-an. Dengan dua penggayaan/karakter khas berbeda, mereka bahu membahu, bertukar rima berandal, personal dan politikal. Di atas musik yang ditulis oleh Morgue Vanguard, yang membentangkan boombap klasik beramukan eleme-elemen throwback untuk melampaui nostalgia yang semuanya—baik tersirat maupun tersurat—merajut narasi tentang waktu dan keberadaan. Bertamukan Iwa K, Mr. EP (Blakumuh), Sarkasz (Bars of Death) dan Rand Slam, juga kolaborasi dari permainan turntablism DJ Evil Cutz. Dengan bantuan engineering suara dari Jay Beathustler dan di-mixing/mastering oleh Hamzah Kusbiyanto. 12 lagu termasuk single dobrakan mereka, ‘Testamen’ dan satu versi remix dari Vladvamp (Koil). Grimloc dan Disaster, dengan segala kerendahan hati, bangga untuk dapat membantu melahirkan salah satu album terbaik yang pernah dihasilkan skena hip hop Indonesia”.

II

Dalam sebuah konser di Jakarta, vokalis sekaligus gitaris Efek Rumah Kaca,Cholil Mahmud setelah memainkan lagu Debu-Debu Beterbangan berujar,”awalnya lagu tadi berjudul Demi Masa. Kalau didemo yang sempat kami kirim ke label-label dan ditolak semua, dulu judulnya masih Demi Masa. Kayaknya karena liriknya di depannya adalah Demi Masa, malas cari judul, akhirnya Demi Masa saja deh. Tapi suatu saat, ada band lain punya lagu dengan judul yang sama, kalau nggak salah Cokelat. Kita nggak mau sama, akhirnya Debu-Debu Beterbangan”.

Ketika mengetahui nama album milik MV x Doyz, pikiran saya hanya mengacu kepada tiga hal, pertama adalah nama surah dalam Al-Qur’an, Al Ashr (silakan baca tafsir Ibnu Katsir tentang surah ini),  lontaran Cholil di atas, dan catatan personal Ucok yang dipublish pada 19 Mei 2017 via kanal pribadinya, Gutterspit.

Bagi saya, catatan Ucok yang berjudul ‘Demi Masa’ sangat mengesankan. Penuturannya dalam bahasa tulisan sangat memukau dan mampu menyentuh sisi-sisi emosional pembaca. Alur yang sangat rapi dan berkarakter dengan selipan-selipan cerita ataupun rekaman perihal gerakan sosial yang masih bergaung dibeberapa titik daerah. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa tulisan tersebut dengan apik menampilkan resensi buku milik Zen RS, Simulakra Sepakbola.

Jauh setelah menyimak ketiga hal di atas, akhirnya album Demi Masa pun terbit ditengah situasi banyaknya daftar resolusi dan janji-janji tentang apa saja di dua ribu 19. Saya bukanlah penulis musik, bahkan tak memiliki latar belakang sebagai musisi. Namun, saya selalu terkesima dengan hal-hal yang saya temukan dalam lanskap lirikal digenre hip hop, khusunya, yang juga menyelamatkan perspektif saya tentang isu-isu sosial, ekonomi, dan politik, serta keilmuan (Sosiologi) yang saya tekuni.

Pada waktu yang berbeda, saya menemukan sebuah rekaman wawancara yang dilakukan oleh kolektif Sounds From The Corner ihwal wawancara bersama Guruh Sukarno Putra, dan Yockie Suryo Prayogo. Yang menarik, simak komentar mereka tentang lagu bergenre rap milik Mardial x Joe Million, Sakaratul. “kalau saya membahasa Indonesiakan ngerap itu celoteh ya. Musik celoteh. Baik, cukup baik. Cuma yang saya lihat kurang ada inovasi. Ya, jadinya kayak lazim-lazimnya rap aja. Mungkin kemudian orang akan dengar karena isi dari syairnya itu, merupakan kritik atau apa gitu.” (Guruh Sukarno Putra). “Dari lirik dan pilihan notasi ya, artinya frasa not dan frasa lirik. Artinya begini, dia (musik rap) sama sekali tidak mewakili kultur Indonesia. Kalau misalnya lirik itu saya baca, oh maksudnya begini. Artinya ada kritik-kritik yang sifatnya sarkas atau parodi. Tapi kemudian begitu dinyanyikan, bentuknya lain. Harusnya ndak gitu, karena orang Indonesia tuh normanya ndak begitu. Itu yang saya tangkap. Bagaimana membuat satu tema, persoalan, yang ditulis apakah menjadi lirik yang putis atau direct verbal lisan, tapi norma Indonesia nya itu menuntut melodi yang Indonesia juga. Ini yang nggak terjadi ketika kita mengadopsi musik-musik seperti ini. Terus menjadi diindonesiakan, normanya nggak masuk.” (Yockie Suryo Prayogo)

Dua kutipan di atas sengaja saya munculkan, sebagai perspektif lain sekaligus cara saya untuk merayakan musik hip hop. John J. Macionis, dalam penjelasannya tentang Deviance (penyimpangan), menyatakan salah satu fondasi sosial memahami penyimpangan sosial adalah suatu deviance terjadi dalam bentuk yang variatif sesuai dengan norma budaya. Lantas, dalam konteks ini ia pun memberikan contoh yakni pemerintah Iran yang melarang musik rap, hip hop (Macionis, 196). Rasanya kita patut berterima kasih, bahwa sampai hari ini tidak perlu ada pelarangan dan pelabelan bahwa rap, hip hop, adalah bentuk penyimpangan di Indonesia. Bahkan, jika dicermati, ada banyak sampel lagu-lagu berbahasa Indonesia dan juga dimasukkannya instrument tradisional/daerah Indonesia kita ke dalam lagu-lagu hip hop. Dan, beberapa lagu di dalam album ‘Demi Masa’ milik MV x Doyz mampu merepresentasikannya. Yakni, ‘CSDB FM’, dan Sans Temps Mort.

III

Jika Anda memiliki passion untuk belajar mengenai lanskap isu-isu sosial, politik, ekonomi pembangunan, budaya,  dan ingin melengkapinya dengan perspektif diluar diktat-diktat ilmiah, maka hip hop adalah solusinya. Setidaknya, pengakuan ini adalah pengalaman personal saya. Dengan keunggulan balutan rima yang dikemas dengan bahasa majas yang mengentak dan tak jarang dengan ungkapan yang sarkas ataupun satir, maka hip hop secara langsung menunjukkan keunggulannya dalam skena musik.

Menurut Michel Foucault (1926-1984) yang ditulis oleh Donny Gahral Adian (Setelah Marxisme, 2011), “ketika menggambarkan peristiwa-peristiwa dengan narasi yang koheren, secara bersamaan kita memaksakan peristiwa tersebut seolah-olah menyatu sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dari subjektivitas kita sendiri”. Lebih lanjut, bagi Foucault, salah satu kekuasaan yang paling siginifikan membentuk pengalaman kita adalah bahasa. Cobalah Anda memikirkan sesuatu atau Anda berusaha menggambarkan suatu pengalaman yang “masuk akal,” tanpa menggunakan bahasa. Kita tidak hanya menggunakan bahasa untuk menjelaskan ide-ide dan perasaan kepada orang lain, tapi jug menjelaskannya untuk diri kita sendiri. Foucault tertarik pada sistem bahasa secara keseluruhan, seperti dalam tindakan berbahasa individual—dikenal dengan istilah “diskursus”. Di sini, diskursus dapat dipahami sebagai bahasa dalam tindakan. Lebih jauh, diskursus adalah jendela, yang bisa saja didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan kita untuk memahami dan melihat sesuatu. Jendela diskursuf ini pada akhirnya menunjukkan kemampuan kita untuk membedakan yang berharga dari yang tidak berharga, yang benar dari yang salah, yang baik dari yang buruk, dan lain-lain,” (Donny Gahral Adian, 140).

Tak bisa dipungkiri, MC MV, yang berperan sebagai penulis utama lirik dalam album Demi MAsa, bukan hanya memiliki stock of knowledge yang melimpah dalam arena (musik) hip hop. Sebagai bukti, silakan baca sampai tuntas karya terbarunya ‘FLIP DA SKRIP’ (Kumpulan Catatan Rap Nerd Selama Satu Dekade). Atau buku sebelumnya, ‘Setelah Boombox Usai Menyalak’. Secara khusus, FLIP DA SKRIP, menurut saya semacam “ensiklopedia” atau panduan untuk memahami musik hip hop. Dan buku ini mengingatkan saya dengan lanskap Sosiologi dalam ensiklopedia teori-teori sosial yang ditulis oleh George Ritzer yang terbit di Amerika Serikat.

Beberapa lagu dalam album ‘Demi Masa’ memuat rentetan peristiwa dan balutan diksi yang terkadang sangat asing bagi pendengar—jika tak ingin dikatakan sangat rumit. Menurut saya, sebenarnya ini adalah kekuatan dan kekhasan yang dimiliki oleh seorang penulis lirik, khusunya yang disandang oleh MC MV. Tentu saja, ini bukan hal yang baru. Bagi mereka yang telah akrab dengan lagu-lagu Homicide, Ucok adalah eksekutor rima yang berbahaya dan selalu berada dalam garis terdepan perihal struktur lirikal dan bangunan rima. Dan, satu yang saya yakini, bahwa yang ditulis oleh Ucok bukan sekedar untuk gaya-gayaan, sok ilmiah ataupun perkara name dropping. Justru, ia sudah tuntas dengan apa yang ia baca, dan sangat paham dengan apa yang ia tulis. Meminjam istilah Cholil dalam wawancaranya dengan Rolling Stone Indonesia, lirik-lirik Ucok adalah perwujudan dan pelaksanaan kata-kata. Untuk meyakinkan Anda, silakan simak diskusi Ucok di laman youtube tentang pemikiran Albert Camus, ataupun pengadvokasian dan keterlibatannya dalam gerakan-gerakan sosial. Seringkas yang saya pahami, Ucok berada pada level paling tinggi ‘mengimani’ musik Hip Hop, kemudian merayakannya dengan cara yang massif.

Memang, kita harus menunggu lama untuk hal-hal yang menyenangkan seperti ini.

Kehadiran Doyz dalam album kolaborasi ini menjadi sangat istimewa. Ibarat reuni dua MC senior dengan gaya bertutur dan eksekusi rima yang berbeda. Sekaligus membayar dahaga penantian pasca Homicide bubar. Sebab, selain Doyz, munculnya Sarkasz dalam satu lagu seraya menegaskan, untuk beberapa tahun kedepan Hip Hop akan tetap menyala(k)! Tentu saja, netizen pasti akan bertanya-tanya, setelah ini Bars of Death??!!

IV

Pada bagian ini, saya ingin membagikan rima-rima pilihan versi saya yang ada dalam album ‘Demi Masa’. Karena saya tak pandai membuat resensi atau review album musik, maka yang tertulis berikut ini adalah perkara pilihan selera personal saja.

Sementara itu, bagian lain yang paling sulit adalah menentukan lagu favorit dalam album ini. Meskipun demikian, saya harus tetap memilih. Secara berurutan, lagu-lagu tersebut adalah; Di Hadapan Babylon, Demi Masa, Buckshot Funk (Feat Mr.EP & Sarkasz).

JUNTA TITIMANGSA

Bagi garda terdepan (kepal di angkasa)

Barisan barikade (angkat kepal di angkasa)

Setiap yang bertahan (kepal di angkasa)

Para penyulut sekam (angkat kepal di angkasa)

Para penjaga menara (kepal di angkasa)

Para pelontar bara (angkat kepal di angkasa)

Para penjagal senyap (kepal di angkasa)

B-boys, b-girls (angkat kepal di angkasa)

 

BREAKADAWN

/Esok akan terlalu terlambat, di depan tengat yang merambat/waktu tak pernah berhenti meski jumudmu merapat/meski hasratmu sekarat, dan kehabisan kerabat/meski terbaca gelagat penamu mulai berkarat/teruskan zaman beramanat, melontar bait granat yang memberi marka pada almanak/yang mencatat kalam tandingan dengungan lalat/eyo Doyz, beri rentang kurun waktu ini bait perahmat/ 

CSDB FM (feat Iwa-K)

/Gandakan harkat dalam prosa ku tampuk karitas, bagikan tuk para perima miskin imaji/

TESTAMEN

/Lalu ku sambut PE dan Run DMC/hero baru datang sebagai penyelamat imaji/

Hip hop was set out in the dark

We used to do it out in the dark

BUCKSHOT FUNK (feat Mr.EP & Sarkasz)

Track ini mengingatkan kepada salah satu memori terbaik yang pernah saya miliki di Istanbul. Khususnya pada bagian punch line yang bermuatan diksi Banksy. Jika ingatan saya tak keliru, pada Medio 2016 akhir, saya mengunjungi pameran tunggal karya-karya Bansky disebuah museum swasta yang ada ditepian Laut Marmara.

Sebenarnya saya sudah mendengar nama Banksy sekitar tahun 2010-an.Sembari membayar rasa penasaran, saya berselancar lewat kanal-kanal digital untuk mencari tahu tentang sosok misterius tersebut. Hingga saya mendapatkan satu film dokumenter yang mewawancarai Bansky dengan latar gelap dan tak menampilkan wajahnya. Saya lupa judul filmnya, ketika itu saya mengcopy nya lewat sepupu saya yang datang dari Makassar ke Bima.

Dan menurut saya, lagu ini ingin menyatakan, “Minggir Loe Semua!”

/Ramaikan Kurusetra keluarkan skill bersama/Rima Ababil bersanding Tinju Di Angkasa/tinggi di atas angkasa selalu siap hempas butana/kami berbahaya kalian hanya tombol bahaya/mainstream kalian berbungkus mecin/terlihat banyak toksin kalian butuh kami sebagai vaksin (fuck scene)/ini bukan Jaka Sembung Barry Prima rima ini/tapi episode Johnny Indo flow dengan gada Bima/perkosa metafora buat kalian terkesima/kubuat kolosal agar kalian bisa terima/kami kumpulan professor tanpa  dengan protektor/kirim bad signal lewat proyektor tanpa pro sektor/buat kalian pra pecinta pena baja/ini SOS dan Rajatega/

/situs para pemuja mumble rap ahistoris/kakus para penggila battle rap magis/stak butuh kultus maupun status/Paradigma kami adalah magnum opus/jika kalian bintang, kami lah galaksi/ikrar ludahi microphone hingga tak mampu bernafas kembali/

Empat MC dalam satu lagu, sungguh istimewa. Namun, favorit saya adalah rapalan MV dengan bangunan rima yang sangat beringas. Maii Lord!

/Los Barrio Pobres y Barras de Muerto/manifesto Neraka Jahanam macam Duo Kribo/menyambat kombo acid inferno Ricky Kasso/dan legacy epic macam Deddy Stanzah dan Cikaso/entropi larik Katastrofi yang mengutip pidato Castro/desperado perang Sampit, ular derik dan Gatoloco/kami featbeats kolesterol, kalian hiphop sakarin/kami graffiti Banksy, kalian Instagram Awkarin/kami kaji kamikaze sampai kami tak bisa mati/taji kami hasil uji oplos Ice-T dan Dewi Kali/murid asuhan rembulan yang berbulan mempelajari filsafat tumbuhan karnivor dan persetan ilmu padi/dengan bars neraka potongan baja jeruji penjara/prosa huru-hara sampai sultan kirim bentara/peruntuh menara, membuat upaya kalian kentara/sia-sia macam melawan doktrin di markas tentara/

DI HADAPAN BABYLON

Bagian Chorus yang dirapalkan oleh Rand Slam mampu membuat napas lagu ini semakin hidup dan mengajak kita bernyanyi. Anthemic!

/Bagi barisan mereka yang bersatu pada malam yang kelabu tempat nasib kan beradu/takkan mati jadi dadu di hadapan serdadu/invasi kolosal operasi terpadu/mangsa keadaan rezim masa perampasan angkat kesadaran meski depan kekalahan babat di hadapan, barisan sombong muka doa pagi dua jari untuk Poro Duka/

Dan bagi Anda yang rindu dengan dentuman Rima Ababil era Homicide, mestinya tak asing lagi dengan penggalan rima berikut yang diselipkan oleh MV dalam lagu ini:

…/kurancang rima Ababil yang bidani holokos/jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos/

CHECK YOUR PEOPLE

Jika berkenan, silakan simak catatan personal saya tentang lagu keren ini,  di sini.

DEMI MASA

Lagu ini serupa ode sekaligus panggilan kepada seorang kawan. Serta menarasikan bagaimana cara merayakan pertemanan agar tak pernah padam. Jika ‘Membaca Gejala Dari Jelaga’ adalah track favorit saya dalam daftar lagu-lagu Homicide, berbalut dengan nuansa kontemplatif sunyi bercampur rasa amarah, maka sepertinya saya menemukan padanannya dalam track Demi Masa.

…/kawan sejati tak lari ia dicari/teman sehati tiupkan nafas sekali lagi/…

…/demi masa, waktu terbuangku tak terhitung tak akan ku ulang meski limbung di dasar palung macam harap yang kami gantung/pada utopia menggunung diarak mendung jauh ke ujung utara kota Bandung/demi setiap doa pada setiap Kamisan tak semua kepergian harus diiringi tangisan/janji kami merekam zaman hingga waras penghabisan serupa nyala Ginan dan pijaran bara Sebastian/tak semua ingatan tergelap datang beriringan dengan angkara bahkan di sana letak kita menyimpan peraduan kesenduan yang dititipkan hujan/yang dihunus kala pedang tak lagi berguna di pertempuran seiring kobaran padam perlahan datang waktu kalian lelah menagih janji teman/muak pada penundaan, murka yang terjinakkan/lelah menghitung jumlah detik yang tercampakkan/tak membiarkan hidup hanya selewat mampir di gugusan/berakhir ditenggelamkan keputusan-keputusan dengan sedikit bisa tersisa dari ordo pancaroba/kubuatkan kau peluru dari setiap jejak langkah kunjungan/

/yang akan kami biarkan terbakar sebelum meredup…jangan tunda melepas angkara berjelajah karena hari esok memiliki ruang hampanya sendiri yang memadamkan api/

Hidupi puisimu, kamerad

Sehat selalu, MV dan Doyz!

 And you don’t stop!

And you don’t quit!

Rock on!

Depok, 7 Januari 2019